Menu

Mode Gelap
Produksi Pangan Meningkat, Prabowo Pastikan Stop Impor Beras 2025 Panduan Memilih Ekstensi Domain yang Tepat untuk Website Anda Banyak Semut di Rumah? Ini Cara Efektif Membasminya Prabowo Pastikan Penurunan Harga Tiket Tidak Bebani Maskapai Ario Tejo Bayu Aji Sukses Pimpin Jalin, Terima Penghargaan Top 100 CEO 2024 Studi Ungkap Karakter Hewan Tingkatkan Keterampilan Sosial Anak

SJ News

Kesepakatan Prabowo-Xi di Beijing Picu Ketegangan Baru di Laut China Selatan

badge-check


Kesepakatan Prabowo-Xi di Beijing Picu Ketegangan Baru di Laut China Selatan Perbesar

Kesepakatan Prabowo-Xi di Beijing Picu Ketegangan Baru di Laut China Selatan

Beijing- Ketegangan terkait Laut China Selatan kembali meningkat usai kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Beijing dan pertemuannya dengan Presiden China Xi Jinping.

Dalam pertemuan itu, mereka mengeluarkan pernyataan bersama yang salah satunya menyepakati pengembangan bersama di wilayah-wilayah yang saling diklaim.

Termasuk rencana pembentukan Komite Pengarah Bersama untuk mendorong kerja sama berdasarkan prinsip saling menghormati dan menguntungkan.

Kesepakatan ini menuai kritik dari beberapa pakar yang melihatnya sebagai perubahan sikap Indonesia dalam menyikapi sengketa Laut China Selatan.

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, menyebut bahwa jika yang dimaksud dalam kesepakatan itu adalah wilayah Natuna Utara yang berbenturan dengan klaim sepuluh garis putus China, maka Indonesia seolah mengakui klaim sepihak China.

Hal ini, menurutnya, merupakan perubahan fundamental yang berdampak besar pada geopolitik kawasan.

Selama ini, Indonesia tidak mengakui klaim China atas sembilan garis putus yang dianggap tidak memiliki dasar hukum sesuai dengan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS).

Sikap ini sejalan dengan keputusan Permanent Court of Arbitration (PCA) tahun 2016 yang menolak klaim China tersebut.

Namun, Hikmahanto menegaskan, joint development hanya dimungkinkan jika masing-masing negara mengakui adanya klaim maritim yang tumpang tindih.

Menanggapi kritik ini, Kementerian Luar Negeri Indonesia menegaskan bahwa kerja sama yang dimaksud tidak berarti pengakuan terhadap klaim sepihak China.

Trending di SJ News