Pagaralam– Harga komoditas kopi meroket hingga Rp.35 ribu per kg, bahkan sempat hampir mencapai Rp.40 ribu, tepatnya Rp.39 ribu.
Di satu sisi membuat petani kopi bergembira, akan tetapi hal itu tidak diimbangi dengan buah yang banyak akibat faktor cuaca tahun ini.
“Meski harga kopi melonjak, namun hasil kebun kopi hanya sedikit, faktor utamanya adalah cuaca yang kurang bersahabat bagi petani kopi,” ujar Hakim salah seorang petani kopi, Kamis (8/6/23).
Menurut Hakim, hal itu berpengaruh terhadap buah kopi yang dihasilkan, biasanya dalam 1 hektar kopi bisa mencapai 3 ton, namun sekarang 1 ton pun tidak sampai, padahal pemeliharaannya sudah bagus.
Biasanya para petani panen bulan Juni – Agustus, tapi sekarang baru awal Juni kopinya sudah habis.
“Faktor cuaca yang ekstrim saat ini, sebab untuk tanaman kopi terutama ketika berbunga dan menjadi putih itu sangat rentan dengan faktor cuaca,” imbuh Hakim.
Jika terlalu panas, kembang dan putiknya tidak jadi karena menjadi kering, begitupun sebaliknya jika sering diguyur hujan, kembang atau putiknya akan gugur.
Jadi meski harga tinggi, namun tidak membuat perekonomian masyarakat naik.
“Sebagai daerah penghasil kopi, hal ini berpengaruh juga kepada perputaran uang di pasar, meskipun saat ini musim kopi, tetapi uang ternyata berhenti menghasilkan,” terang Hakim.
Meskipun Pemerintah Kota Pagaralam saat ini menggalakkan program satu juta bibit sambung pucuk, namun program tersebut belum mencakup seluruh petani.
Para petani kebanyakan masih mengandalkan produksi kopi tahunan dan ketika siklus panen kopi bertepatan dengan harga tinggi, maka petani bisa berseri-seri.(palpres.com)
📲 Ingin update berita terbaru dari