Satujuang- Pemerintah dan militer Swedia mengajak warganya untuk bersiap menghadapi potensi perang hingga menciptakan ketakutan dan panik belanja di kalangan masyarakat.
Dilansir dari Viva, pernyataan tersebut muncul dari Komandan Angkatan Bersenjata Swedia, Micael Byden, tentang kemungkinan terjadinya konflik di Swedia, telah memicu perdebatan sengit di negara Nordik tersebut.
Meskipun Swedia telah lama menjaga netralitas dan ketidaksejajaran militer selama dua abad, pernyataan Menteri Pertahanan Sipil Swedia, Carl-Oskar Bohlin, dan Jenderal Byden mengindikasikan perubahan drastis dalam sikap negara tersebut.
Swedia telah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan NATO pada Mei 2022, dan perjanjian dengan Amerika Serikat pada Desember lalu membuka pintu bagi pasukan AS untuk beroperasi di Swedia.

Pernyataan-pernyataan tersebut tidak hanya memunculkan ketidakpastian di kalangan masyarakat, namun juga telah meningkatkan tingkat kecemasan anak-anak, seperti yang dilaporkan oleh kelompok hak asasi anak Bris.
Di tengah meningkatnya ketegangan, masyarakat Swedia merespons dengan pembelian massal barang-barang krisis, seperti radio darurat, jerigen, dan kompor kemah, menyebabkan beberapa toko kehabisan persediaan.
Meskipun beberapa pemimpin, seperti Magdalena Andersson dari Partai Sosial Demokrat, menegaskan bahwa perang tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Komentator sayap kiri Goran Greider menyatakan keyakinannya bahwa pernyataan komandan militer mencerminkan keinginan rahasia untuk menguji kekuatan tempur Swedia.
Greider juga menyiratkan pesan tersembunyi: “Beri kami lebih banyak dukungan finansial.”