Menu

Mode Gelap
Polisi Beberkan Fakta Baru di Balik Kasus Pasutri Tewas di Cengkareng Jakbar Pengancaman Advokad di Polda Bengkulu Disaksikan Seorang Lurah, Siap Jadi Saksi Oknum LSM Sebar Fitnah, Pengacara dan Wartawan di Bengkulu Lapor ke Polda Ikan dengan Kandungan Merkuri Tinggi yang Perlu Diwaspadai Kalimat yang Harus Dihindari Orang Tua Saat Berkomunikasi dengan Anak Bobby Kertanegara, Kucing Presiden Prabowo Subianto Jadi Tren Google 2024

SJ News

Rusia: Serangan Israel di Lebanon Perlu Diselidiki

badge-check


Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov Perbesar

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov

Satujuang- Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menyerukan penghentian segera pembunuhan warga Palestina yang menggunakan senjata Amerika Serikat.

Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB di New York, ia menegaskan bahwa hukuman kolektif massal yang diterapkan Israel terhadap warga Palestina adalah tindakan yang tidak dapat diterima, Sabtu (28/9/24).

Lavrov menyebutkan tragedi yang terjadi di Gaza sebagai bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, di mana lebih dari 41 ribu orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Lebih lanjut, Lavrov menekankan pentingnya pengiriman bantuan kemanusiaan dan pemulihan infrastruktur di Palestina, dengan menyerukan pembentukan negara Palestina yang layak berdasarkan perbatasan 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Dalam konteks situasi di Lebanon, Lavrov mengkritik serangan udara Israel yang baru-baru ini menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.

Ia menyebut tindakan tersebut sebagai tidak manusiawi dan mendesak dilakukannya penyelidikan.

Lavrov juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap praktik pembunuhan politik yang semakin umum, menyoroti bahwa media di Eropa dan AS menunjukkan adanya keterlibatan Washington dalam serangan tersebut.

Terkait konflik di Ukraina, Lavrov menegaskan bahwa Rusia tetap terbuka untuk resolusi diplomatik, namun harus mempertimbangkan posisi semua pihak.

Ia memuji inisiatif “Friends of Peace” yang didukung Brasil dan China, serta mengkritik Sekretariat PBB yang dianggapnya bias.

Menurut Lavrov, pemulihan kepercayaan terhadap PBB harus dilakukan dengan mengedepankan prinsip hukum dan kesetaraan kedaulatan semua negara, bukan hanya melalui pertemuan puncak yang tidak realistis.(Red/antara)

Trending di SJ News