Menu

Mode Gelap
Polisi Beberkan Fakta Baru di Balik Kasus Pasutri Tewas di Cengkareng Jakbar Pengancaman Advokad di Polda Bengkulu Disaksikan Seorang Lurah, Siap Jadi Saksi Oknum LSM Sebar Fitnah, Pengacara dan Wartawan di Bengkulu Lapor ke Polda Ikan dengan Kandungan Merkuri Tinggi yang Perlu Diwaspadai Kalimat yang Harus Dihindari Orang Tua Saat Berkomunikasi dengan Anak Bobby Kertanegara, Kucing Presiden Prabowo Subianto Jadi Tren Google 2024

SJ News

Protes Kekerasan pada Perempuan, Gerakan 4B Merebak di Korea Selatan

badge-check


Korea Selatan Perbesar

Korea Selatan

Korea Selatan– Di Korea Selatan, meningkatnya kekerasan terhadap perempuan telah memicu munculnya gerakan “4B” di kalangan wanita, yang menolak hubungan dengan pria dalam berbagai bentuk.

Gerakan ini mencakup prinsip “Bihon” (tidak menikah), “Bichulsan” (tidak melahirkan), “Biyeonae” (tidak berkencan), dan “Bisekeu” (tidak berhubungan seks).

Fenomena ini bahkan berkembang menjadi “6B,” menggambarkan jarak antara wanita dan pria yang semakin tajam, khususnya terhadap pria yang dianggap memiliki sifat toksik, misoginis, dan patriarkal.

Gerakan ini dikaitkan dengan berbagai insiden kekerasan yang menargetkan perempuan, termasuk pembunuhan dan kejahatan seksual yang disebarkan secara daring.

Salah satu insiden yang mengejutkan adalah pembunuhan seorang wanita muda di kamar mandi umum oleh seorang pria yang merasa ditolak.

Kekerasan semacam ini sering kali tidak mendapatkan hukuman yang setimpal, menciptakan kemarahan di kalangan masyarakat.

Menurut laporan media lokal seperti KBS, pada 2023, rata-rata satu wanita di Korea Selatan dibunuh setiap empat hari, baik oleh orang asing maupun dalam hubungan intim.

Fenomena ini telah mendorong para netizen Korea Selatan untuk menyuarakan protes secara daring terhadap budaya patriarki yang dominan.

Dua YouTuber, Jung Se-young dan Baeck Ha-na, semakin menyuarakan gerakan ini melalui saluran mereka, SOLOdarity, dengan menyatakan bahwa pernikahan adalah akar dari sistem patriarki.

Mereka mengajak perempuan untuk menolak peran-peran tradisional seperti menikah dan membesarkan anak.

Gerakan ini berdampak signifikan pada tren demografi Korea Selatan, yang kini mengalami penurunan angka kelahiran yang tajam.

Banyak generasi muda yang memilih untuk tidak menikah atau memiliki anak. Diperkirakan, pada 2072, Korea Selatan akan menghadapi populasi lansia yang dominan, dengan usia rata-rata meningkat dari 44,9 tahun pada 2022 menjadi 63,4 tahun.

Populasi juga diperkirakan akan berkurang dari 51,73 juta menjadi sekitar 36,22 juta pada 2072, menimbulkan kekhawatiran bagi masa depan negara ini.(Red/detik)

Trending di SJ News