Satujuang- Dr. Komaidi Notonegoro, seorang pengamat ekonomi energi dari ReforMiner Institute, menilai penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) sebagai pilihan yang masuk akal di tengah keterbatasan fiskal dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Menurutnya, kebijakan harga yang tidak proporsional dan subsidi yang terbatas berpotensi mengancam stabilitas ekonomi dan sosial Indonesia dengan mempengaruhi pasokan BBM di dalam negeri.
Komaidi menjelaskan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah telah berdampak signifikan terhadap keseimbangan fiskal, mempengaruhi pendapatan dan belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Hal ini juga berdampak langsung pada harga energi di Indonesia. Dia mencatat bahwa setiap pelemahan rupiah sebesar Rp100 per dolar AS berpotensi meningkatkan pendapatan negara sekitar Rp4 triliun, namun juga dapat meningkatkan defisit APBN sebesar Rp6,2 triliun.
Tidak hanya itu, peningkatan harga minyak juga memberikan dampak negatif terhadap kondisi fiskal Indonesia.
Meskipun dapat meningkatkan pendapatan negara sekitar Rp3,6 triliun setiap kali harga minyak naik $1 per barel, namun akan mengakibatkan belanja negara meningkat sekitar Rp10,1 triliun, yang berkontribusi pada peningkatan defisit APBN sebesar Rp6,5 triliun.
Komaidi juga menyoroti bahwa pelemahan rupiah dan kenaikan harga minyak langsung meningkatkan biaya pengadaan energi di Indonesia, termasuk listrik, BBM, dan gas.
Berdasarkan simulasi, setiap kenaikan harga minyak mentah sebesar $1 per barel akan meningkatkan biaya pengadaan BBM sekitar Rp150 per liter, sementara pelemahan rupiah sebesar Rp100 per dolar AS akan meningkatkan biaya BBM sebesar Rp100 per liter.
Dengan demikian, pelemahan rupiah bisa mengakibatkan kenaikan biaya pengadaan BBM sekitar Rp705 per liter.
Komaidi mengingatkan bahwa pemerintah perlu mengantisipasi risiko potensial yang dapat muncul dari kebijakan penyesuaian harga BBM.
Hal itu mengingat dampaknya terhadap inflasi yang sensitif terhadap sektor konsumsi, yang berkontribusi sebesar 55 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.(Red/antara)