China- Di taman sekitar Kuil Tian Tan, Beijing, lansia yang berolahraga mencerminkan pergulatan kehidupan sehari-hari di tengah dinamika global yang berubah cepat.
Di masa lalu, kuil ini menjadi tempat kaisar berdoa untuk panen melimpah, tetapi kini, taman tersebut menjadi ruang bagi masyarakat yang pensiun setelah berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi spektakuler China.
Namun, masa depan ekonomi negeri itu terancam oleh ketegangan dengan Amerika Serikat.
Donald Trump, yang bersiap memulai masa jabatan kedua sebagai presiden AS, mengusung kebijakan agresif terhadap China.
Pilihan kabinetnya, seperti Marco Rubio dan Mike Waltz, menunjukkan pendekatan keras yang mengancam ekspor China—sektor yang selama ini menjadi tulang punggung ekonominya.
Retorika Trump dan kabinetnya menggambarkan China sebagai “ancaman utama abad ini,” memicu kekhawatiran atas kemungkinan perang dagang baru atau eskalasi militer.
Beijing dan Respons terhadap Ketegangan Global
China tidak tinggal diam. Xi Jinping telah memperingatkan AS bahwa pendekatan mengekang Beijing akan gagal.
Di tengah tekanan ekonomi domestik, termasuk pengangguran tinggi dan sektor properti yang goyah, China telah mengambil langkah diversifikasi ekonomi.
Ini mencakup memperluas perdagangan dengan negara-negara seperti Brasil dan Rusia, serta memperkuat hubungan dengan negara-negara berkembang.
Sementara itu, Beijing terus menguatkan klaim teritorialnya, termasuk Taiwan dan Laut China Selatan.
Meski Trump tidak cenderung terlibat perang luar negeri, kebijakan AS yang mendukung penjualan senjata ke Taiwan tetap memperkeruh hubungan kedua negara.
Prospek Global: Rivalitas Dua Kekuatan
Ketegangan ini tidak hanya berdampak pada perdagangan, tetapi juga menyentuh isu strategis seperti pengembangan persenjataan nuklir dan aliansi global.