Gowa– Masyarakat Dusun Tanappangkaya Desa Bontolempangan Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan ibarat Mutiara indah yang terbuang dari peradaban serta jauh dari sentuhan pembangunan pemda setempat.
Sejak Zaman penjajahan kolonial Belanda hingga usia Republik Indonesia 77 Tahun, nyatanya tidak memberikan kemerdekaan bagi 2.221 jiwa di wilayah itu.
Desa terisolir dengan waktu tempuh tiga jam perjalanan ke kota terdekat, semakin membuat warga desa merasa asing di negerinya sendiri.
Meskipun demikian, dengan segala terbatasan, masyarakat tidak berputus asa dalam mencukupi kebutuhan mereka.
“Semua pembangunan selama ini kami lakukan secara gotong royong, tidak pernah ada bantuan dari Pemda Gowa,” ujar Kepala Dusun Tanappangkaya, Abbas yang didampingi tokoh masyarakat H Baso Kila, Senin (12/9/22).
H Baso Kila mengatakan, hingga detik ini, Adnan Purichta Ichsan selaku Bupati Gowa tidak pernah menperhatikan pembangunan sarana dan prasarana di desa yang hidup dari hasil pertanian tradisional itu. Bahkan, orang nomor satu di pemda itu seakan alergi untuk menginjakkan kakinya.
“Menunggu bantuan pemerintah membangunan di dusun Tanappangkaya, itu seperti mimpi di Gurun Sahara yang tidak akan pernah terlaksana. Kalau bukan kita sendiri yang gotong royong, tidak akan pernah terbangun, karena kami dari dulu tidak pernah diperhatikan pemerintah baik pusat maupun daerah,” keluh H Baso.
Walaupun menjadi Dusun terkucil di NKRI, warga tidak beputus asa, semua pembangunan di desa tersebut dilakukan secara gotong royong baik dari biaya maupun tenaga.