“Yang berpotensi terdampak tentu daerah sekitar, sebutlah Mukomuko, bukan Bengkulu. Kalau Bengkulu berarti semua daerah di Provinsi Bengkulu. Beda halnya jika potensi gempa dan tsunami dari megatrust Enggano, maka Kota Bengkulu menjadi daerah paling terdampak, namun getaran gempa masih akan dirasakan kedaerah sekitar. Dan jikapun ada tsunami dari megatrust Enggano, maka tsumani juga tidak sampai 15 meter, berkisar 5-6 meter yang sampai ke Bengkulu-nya,” kata Sabar.
Lebih lanjut dijelaskan Sabar, potensi gempa tersebut merupakan angka-angka yang sudah sejak lama ada.
Dari pada sebutan angka, hal yang lebih penting dilakukan adalah bagaimana menyiapkan diri menghadapi bencana.
“Potensi itu ada sejak lama. Dan itu tidak penting untuk dibahas. Yang lebih penting, bagaimana masyarakat siap dan tahu apa yang dilakukan saat terjadi gempa. Sehingga bisa mengurangi dampak bencana tersebut hanya muncul angka korban yang sedikit,” jelas Sabar.
Tidak hanya peran pemerintah, lanjut Sabar, mulai dari lingkup keluarga dan lingkungan sekitar, harus paham dan siap saat menghadapi bencana. Sehingga meminimalisir jatuh korban.
“Pemerintah harus gerakkan sosialisasi menghadapi gempa. Mulai dari lingkungan kecil seperti keluarga, hingga lingkup besar seperti ke mana arah atau jalur evakuasi ketika terjadi gempa dan tsunami. Nah ini yang penting dilakukan,” kata Sabar.
Selanjutnya, kata Sabar, masyarakat harus cerdas mencerna setiap informasi terkait gempa dan tsunami. “Ada perbedaan pengertian antara “prediksi” dan “potensi”,” jelasnya. (Red/Bt)